24 Juni 2015
29 Agustus 2009
"Ada Semangat 45 Di SPH"
Nasi goreng Jancuk adalah tantangan paling berat dalam ajang Journalist Triathlon Competition.
Tetapi sejak pagi sebuah tenda di pinggir lapangan parkir Timur Plaza Surabaya telah ramai dikerubuti para jurnalis dan keluarga besar staf dan karyawan Surabaya Plasa Hotel. Ada apa gerangan disana..??
Ternyata serangkaian perlombaan memperingati HUT Kemerdekaan RI digelar disana. Mulai pukul 09.00 wib para jurnalis telah mendaftarkan diri sebagai peserta lomba "Journalist Triathlon Competition". Saat ini triathlon adalah salah satu cabang olahraga yang perkembangannya cukup pesat. Sebuah pertandingan yang menggabungkan tiga macam cabang olah raga yaitu balap sepeda, lari dan renang.
Tapi kali ini Surabaya Plasa Hotel sedikit memodifikasi triathlon menjadi sebuah perlombaan yang menarik dan menyenangkan. "Mengingat esensi dari acara ini adalah menghadirkan sesuatu yang fun bagi rekan-rekan jurnalis maka jenis olah raga yang ketiga yaitu cabang renang, diganti dengan lomba makan nasi goreng Jancuk" papar Feby Kumalasari Business Communication Manager SPH. Jadi dalam Journalist Triathlon Competition kali ini mempertandingkan lomba balap sepeda, lari dan lomba menghabiskan nasi goreng. Hanya segampang itukah kompetisinya...??? Tunggu dulu, yang menarik dalam ajang ini adalah justru lomba makan nasi gorengnya. Nasi goreng yang akan dihabiskan oleh peserta adalah nasi goreng Jancuk yang sangat terkenal dengan porsi super jumbo dan super pedasnya itu.
Setelah aba-aba perlombaan dimulai seluruh peserta segera menghajar sepiring nasi goreng yang biasa diperuntukkan 4-6 orang ini.
Dengan cekatan Cef Basori menyiapkan beberapa porsi nasi goreng Jancuk untuk peserta lomba.
Beberapa peserta tidak tahan dengan sensasi super pedas nasi goreng Jancuk. Keringatpun bercucuran saat makanan ini mulai disantap.
Dari pertandingan pertama hingga terakhir semangat 45 juga tak kalah seru di tunjukkan oleh keluarga besar SPH. Hingga pada cabang perlombaan terakhir ternyata juga tak satupun yang mampu mengalahkan tantangan nasi goreng Jancuk. Bahkan beberapa peserta langsung menghentikan makan dan keringat mengucur karena sensasi super pedas nasi goreng ini.
18 Juli 2009
Surabaya Heritage Track
Tugu Pahlawan. Tugu ini dibuat atas prakarsa Presiden Soekarno untuk menghormati dan mengenang perjuangan arek-arek Surabaya dalam mengusir penjajah.
Tracker, begitulah travel guide itu menyebut para peserta Surabaya Heritage Track
Selepas dari museum House Of Sampoerna Surabaya, laju tramp melewati penjara kali sosok. Sayang bangunan tua yang pada masa penjajahan Belanda sangat terkenal dengan keangkeran dan penyiksaan yang terjadi didalamnya, kini tidaklah begitu terawat. Dan kesan angkernya telah hilang oleh warna-warni lukisan mural yang terdapat dibeberapa sisi temboknya. Selalanjutnya Tramp melintasi jalan Rajawali. Di sepanjang jalan ini banyak sekali terdapat bangunan cagar budaya. Beberapa diantaranya gedung Cerutu (karena salah satu bangunannya menyerupai cerutu), gedung Internatio, Munumen Jembatan Merah Plasa dan jembatan Merah. Nama Jembatan Merah ini diberikan karena pada saat tentara Sekutu merapat ke Surabaya dikawasan jembatan ini banyak para pejuang yang gugur akibat bombardir tentara penjajah itu. Beberapa ruas jalan disekitar jembatan ini banyak dipenuhi mayat bergelimpangan dan darah yang mengalir dari para pejuang. Hingga warna jembatan yang menghubungkan jalan Rajawali dan Kembang Jepun ini nyaris berwarna merah oleh darah. Untuk menghormati peristiwa itulah maka jembatan ini diberi nama Jembatan Merah.
Salah satu bangunan peninggalan kolonial Belanda, yang terletak diselatan Polwiltabes Surabaya ini masih digunakan hingga sekarang.
Mochamad Yusuf sebagai tour guide dengan sabar memberikan penjelasan tentang cerita sejarah yang menyertai beberapa bangunan peninggalan kolonial ini.
Bangunan dan ornamen Apotik Simpang masih sama seperti awal saat bangunan ini dibuat.
Jalur berikutnya adalah jalan Praban. Di salah satu sisi jalan ini terdapat makam keramat Joko Jumput. Salah satu keturunan dari kerajaan Mataram. Konon saat kota Surabaya menjadi lautan api dan dihancur leburkan oleh Sekutu, makam ini sama sekali tidak rusak. Dari jalan ini tracker terus diarahkan menuju jalan Bubutan.
Setelah kurang lebih sekitar satu jam mengelilingi kota Surabaya tramp kembali pulang. Akhir dari perjalanan ini tramp berhenti kembali di House Of Sampoerna. Para tracker dipersilahkan untuk melihat koleksi barang-barang antik yang terdapat di museum. Beberapa benda antik yang menjadi saksi perjalanan sejarah perkembangan pabrik rokok Sampoerna masih terawat dengan baik di tempat ini.
12 Juni 2009
ROAD TO SRAGEN
Genangan air yang menyerupai waduk di bawah petilasan gunung Kemukus.
Pada musim kemarau, area ini berubah fungsi menjadi jalan raya.
Pada awal bulan Mei yang lalu tepatnya tanggal 8-10 Mei, rombongan POC-Surabaya (Pulsar Owners Club-Surabaya) mengisi libur panjang dengan touring ke salah satu daerah di Jawa Tengah. Tepatnya mengunjungi beberapa tempat wisata di kabupaten Sragen. Kabupaten yang terletak sekitar 30 km sebelah timur
Sesampainya di pemondokan, beberapa cruiser Surabaya ini langsung terlelap dalam buaian mimpinya.
Seluruh rombongan cruiser POC tiba di
Sendang atau sumber mata air ini, biasa digunakan mandi oleh penduduk, ketika sumur-sumur telah mulai mengering.
Keesokan harinya beberapa orang asyik dengan rutinitas paginya. Tak terkecuali beberapa peserta rombongan yang memilih mandi di sendang dekat pemondokan. Dengan sekat alami berupa rerimbunan tanaman, beberapa bapak dan anak-anak mulai asyik meikmati segarnya air di salah satu sumber mata air didesa ini.
Berfoto sejenak di depan pondokan, sebelum melanjutkan perjalanan.
Setelah selesai mandi dan sarapan, rombongna segera berkemas untuk memulai perjalanan menuju lokasi wisata pertama. Tujuan pertama adalah kawasan wisata ziarah makam Pangeran Samudro atau yang biasa disebut petilasan Gunung Kemukus di kecamatan Sumberlawang. Hal menarik dari tempat wisata ziarah ini, adalah mitos yang beredar dalam masyarakatnya.
Mengambil kenang-kenangan di sekitar area petilasan gunung Kemukus.
Dibawah makam pangeran Samudro terdapat sebuah genangan air yang menyerupai waduk. Pada musim kemarau airnya akan mengering dan berubah fungsi menjadi jalan yang biasa dilewati kendaraan bermotor. Dari salah satu objek wisata didesa Pendem kecamatan Sumber lawang ini, perjalanan kembali dilanjutkan menuju lokasi kedua.
Kang Jonjon kegirangan bisa menyaksikan beberapa peninggalan nenek moyangnya.
Lokasi berikutnya adalah museum situs purbakala Sangiran. Museum arkeologi yang terletak di kecamatan Kalijambe ini berdekatan dengan situs fosil purbakala Sangiran dengan luas meliputi tiga kecamatan dan mencakup lebih dari 56 km². Di museum dan situs Sangiran dapat diperoleh informasi lengkap tentang pola kehidupan manusia purba di Jawa. Di lokasi situs Sangiran ini pula, untuk pertama kalinya ditemukan fosil rahang bawah Pithecantropus erectus (salah satu spesies dalam taxon Homo erectus) oleh arkeolog Jerman, Profesor Von Koenigswald. Di area situs Sangiran ini pula jejak tinggalan berumur 2 juta tahun hingga 200.000 tahun dengan kondisinya yang masih utuh masih dapat ditemukan.
Salah satu spesies asli dari Sangiran yang masih bertahan hidup..???
Setelah puas bernostalgia dengan nenek moyangnya, rombongan kembali berangkat menuju tempat wisata yang ke tiga. Meski perjalanan sempat terhalang hujan dan terdapat beberapa motor yang tersesat dan salah jalur, akhirnya sekitar jam 1700 wib rombongan sampai di tempat wisata pemandian air panas Bayanan. Dan tak berapa lama, rombongan POC Kediri yang menyusul dan berangkat hari ini dari
Jembatan gantung ini adalah stu-satunya akses jalan yang terdekat menuju kampung batik di desa Kliwonan.
Para cruiser harus antri untuk bisa melewatinya.
Pemandian yang mulai dibuka jam 07.00-22.00 ini terletak sekitar 17 km sebelah tenggara Kota Sragen. Tepatnya, di Dusun Bayanan, Desa Jambeyan, Kecamatan Sambirejo, di lereng utara Gunung Lawu. Di obyek wisata pemandian air panas Bayanan disediakan 7 kamar mandi dengan bathub dan kran air yang siap mengalirkan air bersuhu berkisar 36 derajat celcius. Agar sedikit hangat, pengunjung dapat menuangkan ke dalam bathub dengan air dingin yang tersedia.
Meski hari telah gelap, dan kondisi hujan gerimis mulai turun, para pleasure maker ini tetap asyik berendam...
Tarif yang ditawarkan juga sangat murah. Untuk bisa menikmati pemandian air hangat dengan sekat berukuran 3x3m ini, pengunjung hanya cukup membayar Rp. 1.000,- untuk tiap 20 menitnya. Meskipun sangat murah, tetapi beberapa orang lebih memilih untuk berendam di kolam air dingin.
Setelah puas berendam, sesampainya di Mondokan empat tukang pijit telah siap untuk memberikan servis terbaiknya..
Setelah puas berendam, sesampai di pondokan rombongan dimanjakan dengan aneka hidangan kuliner khas Sragen yaitu jamur ‘So’. Masakan ‘oseng-oseng’ yang terbuat dari jamur yang banyak tumbuh dibawah pohon So atau melinjo. Selanjutnya servis dari 3 tukang pijat yang telah didatangkan oleh keluarga kang Jonjon siap memanjakan para peserta touring kali ini. Cukup dengan Rp.15.000,- (bagi yang memiliki ukuran tubuh ‘M’,‘S’, dan ‘L’) dan RP.20.000,- (untuk kang bro yang memiliki ukuran tubuh ‘XL’ atau ‘XXL’) bisa menikmati pijat selama 40-60 menit.
Berpose di depan gapura pintu masuk kampung batik Kliwonan..
Hari berikutnya lokasi wisata yang terakhir adalah wisata batik Kliwonan di Kecamatan Masaran. Di Desa Wisata Kliwonan ini pula para wisatawan juga dapat menikmati paket belajar membatik mulai proses awal sampai akhir. Namun karena hari libur maka rombongan hanya bisa menyaksikan langsung proses pembuatan yang dilakukan para pekerjanya saja. Di kawasan ini juga terdapat sentra atau pusat oleh-oleh khusus kerajinan yang berbahan dasar batik.
Diusianya yang memasuki kepala tujuh, Wagiyah Martoprawiro tetap setia menekuni pekerjaannya membuat batik dengan motif khas dari Kliwonan..
Dari lokasi terakhir ini, tujuan selanjutnya adalah pulang menuju
Rumah makan yang terletak di kilometer 6 jalan raya Sragen-Ngawi ini, siap memanjakan pengunjungnya dengan menu-menu prasmanan...
Sebelum meninggalkan kota Sragen, rombongan POC Surabaya dan beberapa anggota COPS menikmati kebersamaan dengan mencicipi menu yang ditawarkan rumah makan Endang.
Di rumah makan ‘ENDANG’ yang berkonsep prasmanan ini, rombongan POC Surabaya mengucapkan terima kasih serta salam perpisahan pada Babe Sawaldi, Bro Teguh dan beberapa rombongan COPS yang lain untuk pamit melanjutkan perjalanan menuju
15 April 2009
25 Maret 2009
"Sebuah Romansa Dari Kota Angin"
Kondisi badanku yang menggigil kedinginan, tiba-tiba mulai aku rasakan. Dari dalam perutku juga mengeluarkan bunyi-bunyian seperti alunan musik alam... Laju sepeda motor pelan-pelan mulai aku kurangi. Dan di sebuah tempat dari sumber aroma itu berasal, aku menghentikan motorku.... Setelah motor kuparkir, kuayunkan langkahku menuju ruangan yang berasap itu....
17 Maret 2009
"Pesona Telaga Sarangan"
Telaga Sarangan memiliki luas lebih dari 30 hektar dan terdapat pulau kecil ditengahnya. Wisata air yang disebut juga telaga pasir ini, memiliki kedalaman lebih dari 1.287 meter. Berbagai fasilitas rekreasi mulai dari penginapan hingga pusat oleh-oleh telah banyak tersedia. Berderet kios aneka makanan ringan asli Magetan dan sovenir terdapat disekitar area telaga.
Bermacam-macam fasilitas rekreasi air juga disediakan dengan tarif yang sangat terjangkau. Kita bisa menikmati sensasi berpacunya adrenalin dengan meimilih kapal boat untuk mengelilingi telaga. Dengan merogoh kocek sebesar Rp. 40.000,- seorang pengemudi yang handal akan memberikan sensasi dari manuver kelokan tajam dan kecepatan tinggi diatas air. Untuk yang memiliki penyakit jantung, disarankan jangan mencobanya. Tetapi bagi yang pengin menikmati suasana romantis dengan pasangan atau keluarga, bisa memilih perahu angsa dengan tariff Rp.40.000,- per jamnya.
Disepanjang jalan tepian telaga, juga banyak ditawarkan jasa penyewaan kuda. Kita bisa menyewa seekor kuda sekedar untuk berfoto diatasnya atau untuk mengelilingi area telaga sarangan. Tarif untuk satu kali memutari telaga, hanya dikenakan antara Rp.15.000,- hingga Rp.30.000,-.
Setelah puas menikmati berbagai fasilitas rekreasi lidah kita juga akan dimanjakan dengan kuliner khas daerah ini. Mulai warung hingga pedagang keliling sate ayam dan sate kelinci juga banyak terdapat di kawasan ini. Dengan menu sepiring lontong dan 15 tusuk sate kelinci, kita hanya dikenai Rp.10.000,-.
Jika ada yang tidak menyukai olahan dari daging ayam dan daging kelinci, kita bisa memilih menu lain yang tak kalah nikmatnya. Nasi pecel pincuk (dengan bungkus daun pisang) dengan lauk peyek, tempe, telur serta aneka sayuran dari kembang turi, toge, selada air dan sawi bisa kita nikmati hanya dengan merogoh kocek sebesar Rp. 5.000,- saja. Anda pengin mencoba…???