Ular Cobra adalah teman dan sumber penghidupannya.
Setiap hari Agus dan keluarganya bercengkrama dengan salah satu ular paling mematikan ini.
Setiap hari Agus dan keluarganya bercengkrama dengan salah satu ular paling mematikan ini.
Cobra Jawa (Naja Sputatrix) atau orang Jawa biasa menyebutnya 'ular sendok' ternyata tak hanya ular berbisa dan sangat berbahaya, tetapi juga memiliki manfaat yang luar biasa. Ditangan seorang Agus Brewok, ular beracun ini bisa menjadi berbagai obat, barang kerajinan seperti dompet, ikat pinggang hingga diolah menjadi berbagai sajian yang nikmat untuk disantap...
Agus Brewok dengan hati-hati mengambil bagian-bagian tubuh cobra yang sangat berkhasiat. Mulai dari cara menyembelih, mengambil darah, empedu dan sumsum cobra semua dilakukannya sendiri. Dan para pelanggan bisa melihat langsung atraksi dan kepiawaian sang pawang dalam menaklukan ular cobra.
Setelah organ penting sang cobra diambil, kini giliran dagingnya diolah menjadi berbagai menu masakan yang lezat. Daging kobra memiliki karakter lebih empuk dan berwarnah putih, sedangkan daging biawak lebih kenyal dan berwarna merah.
Di sebuah warung kaki lima di jalan Sumatera sebelah selatan hotel Sahid, lelaki brewok ini menggelar berbagai macam sajian kuliner ekstrem. Mulai dari darah cobra, empedu, abon, rica-rica cobra, soup cobra, biawak, minyak bulus (kura-kura air tawar), tokek, dan berbagai sate dari binatang ekstrim ini.
Awal usahanya pria brewok ini hanya menjual dan mengambil sumsum, darah serta empedu untuk keperluan pengobatan tradisional saja. Karena merasa sayang jika daging dan kulitnya dibuang, maka iseng-iseng keluarga unik ini mengolah dagingnya menjadi masakan yang nikmat.
Ular-ular berbisa yang datang dari penangkaran dan kiriman dari Mojokerto, Kediri dan Nganjuk ini awalnya hanya untuk memenuhi pesanan saja. Seperti pada malam itu, seorang dokter RSUD Dr. Soetomo telah memesan empedu dan sumsum cobra via telpon. Dan sekitar setengah jam setelah telpon tadi, sebuah kendaraan dengan pengendara yang klimis dan bersih menepi dan turun untuk mengambil pesanannya.
Awal usahanya pria brewok ini hanya menjual dan mengambil sumsum, darah serta empedu untuk keperluan pengobatan tradisional saja. Karena merasa sayang jika daging dan kulitnya dibuang, maka iseng-iseng keluarga unik ini mengolah dagingnya menjadi masakan yang nikmat.
Ular-ular berbisa yang datang dari penangkaran dan kiriman dari Mojokerto, Kediri dan Nganjuk ini awalnya hanya untuk memenuhi pesanan saja. Seperti pada malam itu, seorang dokter RSUD Dr. Soetomo telah memesan empedu dan sumsum cobra via telpon. Dan sekitar setengah jam setelah telpon tadi, sebuah kendaraan dengan pengendara yang klimis dan bersih menepi dan turun untuk mengambil pesanannya.
Berbagai hidangan kuliner ekstrim namun tetap lezat ini, disajikan langsung oleh Agus Brewok dan istrinya. Sate, rica-rica dan krengsengan adalah menu yang paling banyak digemari para langgannya.
Di 'cafe Jungle' ini melayani sate cobra hanya jika ada pemesan empedu dan sumsumnya saja. Karena jika tidak ada pemesan dan hanya diambil dagingnya Agus tidak akan pernah bersedia menyembelih ular-ularnya. Untuk memotong ular berbisa ini, keadaan ular harus masih hidup dan dipotong lima jari dari kepalanya. Karena jika ular yang sudah mati atau memotongnya tidak hati-hati, maka racun dari ular ini akan menyebar keseluruh tubuh dan dagingnya akan sangat berbahaya bila dikonsumsi.
Mulai sore hari para pelanggan mulai berdatangan, dan istri Agus Brewok dengan cekatan melayani permintaan para penggemar masakan ekstrim ini. Tak jarang mereka terlebih dahulu memesan lewat telepon.
Keluarga unik ini telah lebih dari 18 tahun berjualan masakan ekstrim. Bahkan anaknya yang paling kecil sudah tidak lagi takut bermain dengan ular cobra dan binatang berbisa lainnya. Untuk stu porsi sate Cobra para pembeli cukup merogoh koceknya sebesar Rp. 30.000,- dan sate biawak seharga Rp. 20.ooo,- Untuk mengolah daging yang memberikan sensasi panas bagi siapa saja yang menyantapnya ini, Agus mengaku ada doa-doa khusus agar masakan olahannya lebih berkhasiat. Sedangkan dari sang istri sendiri juga memiliki rahasia resep masakan agar daging yang diolah tidak amis, tapi tetap empuk dan nikmat.
'Cafe Junggle' adalah nama yang diberikan oleh para pelanggannya. Karena berbagai olahan dari binatang ekstrim dan berbisa yang hanya biasa hidup di hutan, disajikan di salah satu kakilima di sebelah selatan Hotel Sahid Surabaya ini. Sensasi nikmat dari karakter panas daging reptil ini, benar-benar mampu membuat ketagihan para pelanggannya.
Selain ular cobra, lelaki yang pernah menjadi bintang pemburu hantu disalah satu stasiun TV swasta ini juga menerima pesanan binatang unik lainnya. Dan bisa dipesan via telpon yang nomornya tercantum di gerai warungnya. Sensasi nikmat dan manfaat sate cobra Jungle Cafe, ternyata tak hanya terkenal di Surabaya. Malam itu sepasang suami istri datang khusus dari Jakarta hanya untuk menikmati sensasi panasnya daging sang cobra. Selain nikmat sate cobra dan biawak memiliki khasiat bermacam-macam. Mulai untuk mengobati penyakit kulit, asma, migren hingga untuk vitalitas pasangan suami-istri.
6 komentar:
Di Jogja juga ada restoran khusus masakan dari daging kobra, tp sy belum pernah coba..soalnya saya paranoid banget sama ular. Mati atau hidup...tidaaaaak!
saya kepingin tau klo di malang jawa timur di mana ya yang jual daging cobra
artikel anda bagus dan menarik, artikel anda:
Artikel kuliner terhangat
Artikel anda di infogue
anda bisa promosikan artikel anda di http://www.infogue.com/ yang akan berguna untuk semua pembaca. Telah tersedia plugin/ widget vote & kirim berita yang ter-integrasi dengan sekali instalasi mudah bagi pengguna. Salam!
saya suka tuh foto si mas dengan cobra, ada unsur cerita yang terkandung dalam fotonya.C U
kang brewok..semoga laris manis tanjung kimpul.....hahahhahaha
Perkenalkan
saya bunga 17 thn rumah daerah prapen, sy ingin makan sate cobra
ada yg mau nemanin saya?
Posting Komentar