25 Maret 2009

"Sebuah Romansa Dari Kota Angin"




Sore itu hujan gerimis terus menemani perjalananku. Dengan sepeda motor, kususuri ruas jalan menuju alun-alun kota angin. Jacket yang sedikit basah tak cukup untuk menghentikanku menerobos rintik hujan.... Tetapi setelah melewati ruas jalan sepanjang pasar Nganjuk, tiba-tiba aroma yang khas mulai menusuk hidungku..

Kondisi badanku yang menggigil kedinginan, tiba-tiba mulai aku rasakan. Dari dalam perutku juga mengeluarkan bunyi-bunyian seperti alunan musik alam... Laju sepeda motor pelan-pelan mulai aku kurangi. Dan di sebuah tempat dari sumber aroma itu berasal, aku menghentikan motorku.... Setelah motor kuparkir, kuayunkan langkahku menuju ruangan yang berasap itu....



Aroma yang khas itu adalah bau yang bersumber dari daging kambing yang tengah dibakar. Tepatnya berasal dari warung Nasi Becek dan Sate Kambing milik Suprapti. Sate kambing adalah salah satu makanan yang paling banyak digemari orang. Tetapi di kota Nganjuk teman untuk menyantap sate adalah sepiring nasi becek. Jika dilihat dari warna dan bentuknya, nasi becek memang menyerupai kuah soto. Tetapi jika dirasakan akan lebih meyerupai gulai. Itulah yang khas dari nasi becek. Mungkin disebut nasi becek karena saat menuangkan kuah kedalam sepiring nasi jumlahnya sangat banyak. Sehingga nasi hampir ditenggelamkan dengan kuahnya. Sehingga banyak orang menyebutnya nasi becek, atau nasi yang terendam kuah.



Nasi becek adalah makanan khas dari kota angin Nganjuk. Ditengak kota terdapat beberapa warung yang menyediakan masakan ini. Salah satunya adalah warung milik Suprapti. Di jalan Dr. Soetomo ini warung yang dia jalankan telah berdiri lebih dari tiga generasi. "Saya tidak tahu pasti kapan warung ini berdiri. Tapi kata ibu saya yang telah lebih dulu berjualan, warung nasi becek ini sudah ada sejak dia belum lahir. Jadi lebih dari tiga generasi telah turun-temurun melanjutkan usaha warung nasi becek ini "kata Suprapti sembari melayani pembeli-pembelinya.



Menyantap nasi becek biasanya akan lebih nikmat bila dicampur sedikit jeruk nipis atau cuka. Di warung ini Suprapti juga membuat sendiri cuka untuk campuran agar kuahnya terasa lebih segar. Harga satu porsi nasi becek yaang terdiri dari nasi yang diberi kuah yang menyerupai gulai dan daging kambing hanya sebesar Rp. 7.000,- saja. Sedangkan untuk 10 tusuk sate kambing dipatok seharga Rp. 14.000,-. Meski disebelah warungnya juga terdapat warung yang juga menjual nasi becek, tapi ternyata kedua tempat makan itu sama-sama tak pernah sepi oleh pengunjung. Beberapa pembeli yang notabenenya adalah warga sekitar, kebanyakan lebih senang membeli kuah gulai atau becek untuk dibawa pulang. Sedangkan yang memilih untuk makan ditempat kebanyakan adalah para pekerja kantoran atau penguna jalan yang melintasi tengah kota Nganjuk.


Warung nasi Becek Suprapti setiap harinya dibuka mulai 7.30 sampai pukul 22.00. Hampir setiap hari warungnya ramai dipenuhi para penggemar nasi becek. Jika tidak pengin terlalu lama antri, sebaiknya mampir di warung ini selepas jam makan siang atau setelah habis sholat Isya. Karena di kedua waktu itu warung sangat ramai. Dalam sehari Suprapti mengaku bisa menghabiskan sate kambing antara 600 hingga 800 tusuk. "Jika sedang melewati kota Nganjuk jangan lupa sekalian menikmati makanan khasnya juga.." ucap ibu setengah baya ini sembari menyerahkan uang kembalian kepadaku...

Tidak ada komentar: