19 Desember 2008

'Pringgodani'

Nama bambu kecil sepanjang 1,5m ini adalah pringgodani.
Tanaman bambu jenis ini banyak terdapat di sekitar dataran tinggi Dieng.
Cukup dengan membayar Rp. 5.000 oleh-oleh khas Dieng ini bisa dibawa pulang.


Dalam cerita pewayangan Pringgodani adalah sebuah negara yang dihuni oleh para raksasa atau golongan buto. Negara yang dipimpin prabu Tremboko itu adalah tempat kelahiran Gatotkaca. Setelah salah seorang anak penguasa Pringgodani menikahi Bimasena. Lahirlah jabang bayi degan fisik setengah raksasa dan setengah manusia. Bayi yang lahir dari rahim Dewi Arimbi diberi nama jabang Tetuko. Kelahiran si jabang bayi memiliki banyak keanehan. Tali pusarnya tidak bisa dipotong dengan berbagai senjata dari logam.

Akhirnya setelah mendapat petunjuk dari dewa, Arjuna ksatria penegah Pandawa mencari pusaka untuk memotong tali pusar. Pusaka itu adalah wijayadanu dan wijayacapa milik Raden Suryatmaja atau Adipati Karno ketika masih muda. Karena tidak mau menyerahkan kepada Arjuna akhirnya terjadi perang tanding. Kedua ksatria memiliki kesaktian yang sama hebatnya. Akhir dari adu kesaktian ini, Arjuna hanya bisa mendapatkan sarung senjata atau warangkanya saja. Dengan sarung pusaka wijayadanu (kunta druwasa) tali pusar jabang tetuko berhasil dipotong. Dan keanehan kembali terjadi.. Saat memotong tali pusar warangka pusaka wijayadanu masuk kedalam tubuh si jabang tetuko. Dari menyatunya pusaka dan badan si jabang bayi, membuat bayi yang baru berusia 16 hari menjadi sangat sakti. Untuk membunuhnya hanya bisa menggunakan pusaka Kunta druwasa. Karena hanya energi dari proses 'pusaka manjing warangka' atau masuknya pusaka kedalam sarungnya saja, yang bisa menghancurkan badan Jabang Tetuko.

Lahirnya Jabang Tetuko tepat bersamaan dengan kemelut yang melanda kahyangan Jongringsaloka. Tempat para dewa dan bidadari tinggal mendapat serangan prabu Kala Pracona dari negara Ngembatputihan. Karena keinginan untuk menikahi seorang bidadari dari kahyangan Jonggringsaloka tidak dituruti, akhirnya raja dari para raksasa ini mengobrak-abrik kediaman para dewa. Seluruh kesatria kahyangan telah dikerahkan untuk menandingi kesaktian Kala Pracona, tetapi tak satupun yang berhasil.

Hal ini membuat para dewa panik dan mengutus batara Narada mencari ksatria yang bisa dijadikan tameng untuk menjadi jagonya para Dewa. Setelah semua satria sakti dari bumi tidak bisa menandingi Kala Pracona, betara Narada menemukan Jabang Tetuko yang masih berusia 16 hari. Meski masih bayi kesaktian putra Bima bisa dirasakan oleh betara Narada. Dan Jabang tetuko dibawa naik khyangan untuk melawan raja raksasa pembuat onar.

Bagaimanapun juga Kala Parcona adalah seorang Kkesatria dari Ngembatputihan. Dia tidak mau menghadapi jagonya para dewa yang masih seorang bayi. Akhirnya para dewa menggodok Jabang tetuko di dalam kawah Candradimuka. Berbagai pusaka dan senjata sakti para dewa turut dilebur dalam kawah yang bergejolak itu. Dalam sekejap bayi yang berwujud separuh raksasa berubah menjadi kesatria yang gagah dan rupawan. Berbagai leburan pusaka dan panasnya kawah telah merubah Jabang tetuko menjadi semakin sakti. Karena fisiknya telah berubah, para dewa memberikan nama baru yaitu Gatotkaca. Yang memiliki arti berkumpulnya kesentosaan. Gatotkaca disebut juga 'satriyo babaran kahyangan' atau ksatria lahir dari kahyangan.

Dari ksatriya muda inilah Kala Pracona berhasil dikalahkan. Karena peperangan itu adalah pertama kalinya bagi Gatotkaca, putra Bima ini belum bisa cara membunuh musuhnya. Kala Pracona mati dengan sebuah gigitan dileher oleh cucu penguasa kerajaan raksasa di Pringgodani ini. Karena kesaktiannya, Gatotkaca dikenal sebagai kesatria Pringgodani putra Dewi Arimbi.

Beberapa nama tokoh dan tempat kejadian dalam cerita pewayangan sangat erat kaitannya dengan masyarakat Dieng. Beberapa tempat di sana diberi nama seperti dalam cerita pewayangan. Beberapa diantaranya adalah kawah candradimuka, candi Bima dan banyak yang lainnya.. Disekitar area wisata kawah candradimuka maupun kawah yang lain banyak dijumpai orang yang menjual sebilah bambu kecil dengan ukuran 1,5 meter. Bambu berwarna kuning kehijauan ini diberi nama bambu gondani atau dalam bahasa jawa disebut pringgondani (tempat Gatotkaca berasal).

Rumpun bambu jenis ini banyak sekali hidup liar di dataran tinggi Dieng. Sebagai cindera mata yang unik dan khas, satu bilah bambu ini dijual dengan harga Rp.3.000 - Rp. 5.000. Sebagai bukti pernah singgah di Dieng Plateu, gak ada salahnya memilih cindera mata satu ini sebagai hiasan di rumah.


Tidak ada komentar: